Kamis, 16 April 2015

Sosok Malaikat Kecil Dalam Diri Anak-Anak

Pengalaman nyata yang aku rasakan jika berada di lingkungan anak-anak. Aku mahasisiwi di salah satu sekolah tinggi swasta di Bandung, selain seorang mahasiswi aku pun sebagi pengajar tambahan di sebuah tk. Aku mengajarkan mereka bahasa inggris dasar sesuai dengan umur nya. Entah apa yang terjadi, padahal dulunya aku paling ga mau menjadi seorang guru, namun setelah salah satu kaka kelas ku mengajak ku untuk mengajar di salah satu tk , rasa itu pun mulai memudar . Ketika pertama kali mengajar anak-anak di tk awal nya aku sangat gugup dan ga tau apa yang harus di ajarkan, tetapi melihat mereka bernyanyi nyanyi di situ baru aku tau bagaimana harus menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka bernyanyi riang, bertepuk tangan, berteriak, berlarian, canda tawa dengan teman-teman nya, merengek tidak mau di tinggal oleh ibunya, menangis karna di jailin temen lainnya,bercerita apapun yg telah mereka alami, dan banyak lagi yang terjadi pada saat itu. Ada perasaan nyaman ketika sudah hampir sebulan aku mengajar di sana, aku semakin dekat denag anak anak murid ku, aku semakin nyaman mengajar di sana, meskipun aku tidak mendapatkan gaji hanya sebatas konsumsi setiap habis mengajar namun itu terasa cukup. Sekarang aku sangat menyukai anak-anak, aku banyak belajar dari internet, baca buku, bertanya kepada orang-orang yang lebih paham mengenai anak-anak.
Ketika aku berada di tk bersama dengan anak-anak muridku, aku merasakan sangat damai dan menikmati bermain, bercanda dengan mereka. Semua masalah yang ada terasa hilang sejenak ketika aku bermain bersama anak-anak. Ada salah satu anak murid ku dia selalu ingin aku mendengarkan apa yang dia ceritakan, dengan bahasa anak-anak yang polos dia mulai menceritakan segala hal yang dia alami dari bangun tidur sampai dia tertidur kembali, aku terus mendengarkannya sampai dia sendiri yg mengatakan "mrs. aku cape ceritanya, anterin aku ke wc aku mau pipis" hehehe
Anak-anak selalu bisa menyenangkan aku tanpa ada kepura-pura an, lain hal nya dengan orang-orang di lingkungan ku yang beberapa ada yang membuat ku senang tetapi hanya manis di mulut.
Banyak pelajaran hidup yang dapat aku pelajari. Tidak selamanya yang kita tidak sukai itu buruk bagi hidup kita, justru apabila kita mau mencoba untuk keluar dari safezone dan mencoba sesuatu itu bisa saja itu baik bagi hidup kita.

Binatang Mungil Itu Bernama Ebet dan Eped

Selamat datang di blog ku, ini pertama kalinya aku membuat sebuah blog. Pada kali ini aku mau memposting tentang pengalamanku memiliki hamster . Aku suka sekali sama binatang kecil itu, bentuk nya kecil, bulu nya halus dan mereka menggemaskan, Ya itulah hamster :) pertama kali aku mempunyai sepasang hamster ketika aku masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Aku membeli hamster itu dari teman sekelasku karena dia mempunyai ternak hamster di rumah nya. Aku membeli hamster dengan jenis Winter White.
 Banyak sekali jenis hamster yang di jual di sana, tapi aku lebih suka jenis hamster winter karna dari sifatnya mereka yang tidak terlalu galak heheHamster itu aku beri nama Ebet dan Eped. Setelah aku membeli sepasang hamster aku memutuskan untuk membeli segala kebutuhan nya mulai dari rumah nya (kandangnya), serbuk pasir, serbuk kayu, makanan, minuman, bahkan sampai dot nya aku beli .Sebagai pemula aku banyak bertanya ke teman teman yang sudah memelihara hamster terlebih dahulu untuk bagaimana cara merawat hamster dengan baik dan benar, seringkali juga aku membaca berbagai macam artikel mengenai cara merawat hamster.
Ebet yang berwarna putih dan Eped yang berwarna abu-abu. umur mereka masih 1 bulan ketika aku membelinya. Tingkah mereka sangat menggemaskan  itulah mengapa aku sangat menyukai hamster.